Minggu, 02 Desember 2012

Kenangan?


Apa yang dibuat oleh kenangan?
Kotak hadiah dengan pita warna-warni, atau ...
sejuta pertanyaan yang datang
bagai hantu
menyelusuri seluruh nadi
melewati setiap
tatap yang kau berikan pada orang lain

Apa yang dibuat oleh kenangan?
guratan senyum di wajah seseorang, atau ...
penyesalan yang membuatmu berteriak
tak ada lagi
tak ada siapa-siapa
kau sadar ada yang lebih buruk
menanti dengan setia

Apa yang dibuat oleh kenangan?
berapa banyak kenangan membuatmu terbuai?
berapa banyak kau tersenyum –tertawa- karenanya?
berapa puisi yang dapat kau eja darinya?

Apa yang dibuat oleh kenangan?
semua ada di sini karenanya ..
sakit hati
kerinduan yang memuakkan

Apa yang aku dapatkan dari kenangan?
Satu kata :
Bualan.

Jumat, 09 November 2012

d.a.i.s.y

                “Kau tahu, seberapa lama aku menunggumu?”
                Hembusan napas panjang mengawalinya. Ia terluka. Sangat dalam. Tak ada kata keluar. Hanya bibirnya yang bergetar. Ia merindu begitu lama. Sangat lama.
                Jangan menungguku. Pergilah, kau akan hidup dengan baik. Pergilah.
                Lelaki itu tak pernah kembali.
                “Kau tahu, seberapa pun lamanya kau menungguku, aku ..” ia menyembunyikan wajahnya, “Aku .. bukan orang yang pantas.”
                “Kau menunggu orang yang salah. Tolong, jangan lakukan itu lagi. Kau tahu, itu sangat menyakitkan. Pergilah, lepaskan aku seperti ketika kau hidup sendiri. Menyepi. Bukankah itu lebih baik?”
                Gadis itu tercekat. Kata-katanya tak mau keluar. Ia kehilangan suara.
**
                Suatu hari, daisy menceritakan satu kisah. Ia menyulam perjalanan hati seorang gadis. Apakah ada yang tak pantas dalam cinta? 

Kamis, 07 Juni 2012

What do you bring for me ?


What do you bring for me ?
Ketawa-ketiwi nggak jelas. Konyol. Aneh. Canggung. Lucu. Nggak bisa dibilang penting. Dan pada akhirnya aku harus meralat kata-kataku. Maaf, abu-abumu kini memudar. Tergantikan satu warna yang belum jelas. Tapi ya, setidaknya, puzzle itu tak menggangguku lagi. Huahaha .. J
Terimakasih karena telah mengerti. Tapi sampai sekarang, aku masih merasa ini sebuah lelucon. Tak mampu membuatku berhenti tertawa. Tentu saja dalam hati. Mana mungkin tertawa di depan orang banyak? Mana mungkin? Hehe ...
“You bring me a new ... ... demografic,” ngutip Luke Brandon. Ada yang ramai membicarakan tapi kau tetap tenang. Wow, kau ini orang atau bukan? Tentu saja kau adalah manusia. Setidaknya aku masih mengakuinya.
Ini mungkin satu-satunya kisah terlucu dalam rentang waktu lama. Mengalir saja dengan riak kecil yang menggelikan. Tak tertebak ke mana arahnya. Hanya menerka-nerka dan membuatmu ingin tahu lebih.
I don’t want to place my heart on anything. I don’t care. Itu yang hari ini mampu kucerna dari perasaan. Kau tahu, aku punya alasan dalam tiap pemikiran dan keputusan. Ada alasan untuk setiap cerita.
Hari ini, kau telah memulai sebuah ... permainan baru (lagi). Mari untuk beberapa waktu kita melupakan tumpukan buku kuliah. Tidak. Tidak jadi. Jangan melupakan buku kuliah yang menjadi benang merah atas semua. hwk ...
-curhatan nggak jelas setelah berjam-jam belajar inklusi buat ujian :D

Miss Bloomwood and her greenscarf


Miss Bloomwood and her greenscarf
            I think I should write about this. Nggak tau kenapa dan untuk apa. Nggak ada tugas dan niat bikin resensi film. Tapi yaa, ini bukan resensi resmi yang dipajang di koran-koran. Cuman karena aku sering banget muter film itu jadi .. yaa : this is it ! Baca dan jangan lupa nonton filmnya buat yang belum nonton. Yang udah nonton, puter lagi filmnya.
            Name : Rebecca Bloomwood. Occupation : journalist. Jacket : Visa. Dress : Amex. Belt : MasterCard. Bag : Gucci ! It’s magic and i got 1 % discount.
            That’s that. Si tokoh utama yang berambut blonde nih diceritaken sangat fashionistaa! “You’re fashionista!!” inget logatnya gumiho. Haha ..
            Rebecca ato yang biasa disebut Becky nih kerja di sebuah perusahaan majalah agricultura. Mungkin di tanah air, kayak Trubus gitu lhah ya. Dan tibalah kesempatan emas dateng. Singkat cerita, pas dia mau wawancara di Alette Magz, dia nemuin green scarf yang lagi dipajang di toko. Selendang warna ijo itu digantungin di patung buat majang (lupa namanya). Naah, di sinilah hati Rebecca goyah. Ia jelas inget punya banyak hutang kartu kredit yang jumlahnya ‘wow’. Tapi hatinya telanjur jatuh cinta sama that green scarf.
            Satu kalimat yang nggak bisa aku lupain pas scene ini adalah :
            “The point about this scarf is ... ini akan menjadi bagian dari pendefinisian dirimu.”
            Keliatan kan, si Rebecca ini melihat pakaian sebagai bentuk pendefinisian diri. Dari kacamataku sih, hal itu nggak salah selama nggak ada pihak-pihak yang dirugiin. Meanwhile, nggak akan jadi pendefinisian diri kalo itu sampe membuat orang menderita karena hutang. Justru, pakaian akan menceritakan betapa borosnya si pemilik pakaian itu.
            Tapi sayang, jabatan columnist di Alette udah diisi sama ratu kaki laba-laba Alicia Billington. Kenapa kaki laba-laba? Ya, karena kakinya panjang banget, kata si Rebecca. Di sini sih sebenernya Rebecca ngiri aja, kan dia punyanya kaki manusia, bukan kaki laba-laba. Hwk ..
            Si resepsionist yang jaga di Alette nih menurutku orang yang paling berjasa dalam jalan hidup Rebecca. Dia ngasih tahu kalo hari itu ada wawancara juga di Succesful Saving, sebuah majalah keuangan yang masih satu keluarga dengan Alette. Keluarga majalah tuh disebutnya Dantay West.
            Di sini terjadi kebetulan yang sering nongol di romantic movie. Padahal menurutku sih ini lebih ke ‘funny movie’ :D Ya, dia ketemu Luke Brandon, seorang editor di Succesful saving yang minjemin dia uang di warung hotdog buat beli greenscarf yang tadi. Mereka saling sapa dan wawancara dimulai.
            Si Rebecca yang nggak ngerti tentang keuangan nyontek jawaban pertanyaan dari koran aja salah. Fiscal Crisis and then read to be Fish Crisis :D empat jempol deh ya buat si Becky ini. pada akhirnya, di Succesful Saving Rebecca ditolak. Pas nyampe kantor majalah agriculturanya, ternyata kantornya nih bangkrut. Dan ... yap! Rebecca is now with no job. Excellent! Suze, sahabatnya, nyaranin supaya Rebecca nulis artikel aja trus dikirim ke Alette. Dan satu surat lagi Rebecca tulis buat Luke Brandon, isinya ya ungkapan kekesalannya karena nggak diterima kerja di Succesful Saving. Dan di sini nasib bicara ... TARRRAA!!! Suratnya ketuker :D Pfiuhhh ..
            Nasib ternyata nggak kemana. Rebecca diterima magang di Succesful Saving. Dia nulis artikel tentang investasi dan di situ dia putusin pake nama pena : Girl with The Green Scarf. What a nice name J !
            “Kau belanja di diskon 10 % jaket cashmere. Saat pertama kau melihat jaketnya, itu akan membuatmu merasa menjadi teman baiknya. Sampai kau melihat lebih dekat dan sadar kalau itu bukan cashmere asli.”
            Mungkin bagi pembaca, artikel itu bernada konotatif. Menggambarkan betapa pentingnya mengecek investasi yang telah dilakukan. Tapi nyatanya, jelas itu artikel bermakna denotatif buat Rebecca. Sebelum nulis artikel itu, dia belanja di Sale, dan dapet Puccini Boots yang harusnya bahannya cashmere tapi ternyata 95 % acrylic. Nona Rebecca jelas ketipu.
            Setelah itu nasib baik dateng ke dia. Mulai dari Luke yang jelas menyukainya. Alette yang nawarin perkerjaan buat dia. Nhah yang jadi blower-up di sini adalah satu tokoh penagih hutang bernama Derek Smeath. Derek Smeath ini ngikutin Rebecca ke kantor dan nagih hutangnya. Tapi Rebecca selalu lolos.
            Pas di TV show, Rebecca didampingi Luke Brandon tampil dalam suatu talk-show tentang keuangan. Dan ketika ada sesi tanya jawab dengan penonton di studio, Derek Smeath memanfaatkan itu untuk membongkar sisi gelap dari Rebecca.
            “I have a trouble with ‘hutang’.”
            “What’s it? Hutang hipotek? Hutang mobil?”
            “Hutang Miss Bloomwood!”
            Setelah dipermalukan, Rebecca akhirnya sadar bukan kehidupan macam itu yang ia ingin dapatkan. Apalagi pewaris Dantay West, Luke Brandon, kecewa berat karena telah dibohongi.
            “What’s going on? What’s really going on with you?” tanya Luke pada Rebecca.
            “I’m shopping. Just shopping,” jawabnya.
            “And then, how’s about the honesty? About credibility?” Luke akhirnya pergi.
            Setelah merenung dan memikirkan segalanya baik-baik, Rebecca mengerti bahwa ia harus mengubah suatu culture yang sudah lama melekat dalam dirinya. Ini jelas susah. Jika kau punya hobi menyanyi dan kau dilarang menyanyi, apa yang bisa dibilang? Tapi perubahan jelas dibutuhkan oleh Rebecca. Hobi keluar masuk toko dan beli barang-barang sampe membuat kreditnya membengkak jelas bukan hobi yang positif. Ya, Miss Bloomwood mengadakan sale. Ia menjual semua koleksi baju, sepatu, tas, topi, aksesoris, dan satu benda paling keramat .. apalagi kalau bukan ‘selendang hijau pembawa cinta’.
            Seorang wanita berbaju pink menawar scarf itu dengan harga 300 dollars. And finally it’s sold. Ternyata penawar di telepon yang nyuruh beli scarf itu adalah Luke. Ya, Luke Brandon. Pangeran yang pernah ngilang itu balik lagi dan menutup kisah indah Rebecca Bloomwood dengan senyuman.
            Kutipan yang paling aku suka dari Luke adalah pas dia bilang gini : “Rebecca Bloomwood telah berubah, tapi tidak dengan ‘gadis berselendang hijau’,” ucapnya objektif.
            Satu kutipan lucu dari Luke pas dia ngomong ke Rebecca : “You bring a new ... ... demografic.” Demografic?? =.=a
            Name : Rebecca Bloomwood. Occupation : I’m a columnist in Luke’s magazine.